Jakarta, Ditjen Vokasi – Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi kembali membuka pendaftaran untuk program Matching Fund Vokasi 2024. Penerimaan proposal akan berlangsung hingga 12 Februari mendatang. Tahun ini program Matching Fund 2024 akan hadir dengan terobosan baru. Program Matching Fund 2024 sendiri telah diluncurkan secara resmi pada akhir Oktober 2023 lalu. Peluncuran secara resmi dilakukan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kiki Yuliati.
Berbeda dari tahun sebelumnya, tahun ini program Matching Fund 2024 hadir dengan terobosan baru, yaitu berupa pembiayaan multi year atau multi-tahun. Terobosan ini diambil sebagai upaya untuk menjamin keberlanjutan penelitian.
Selain dapat menjamin keberlanjutan riset, skema pendanaan multi-tahun diharapkan dapat mendorong pelaksanaan teaching factory atau teaching industry di perguruan tinggi vokasi.
“Salah satu yang ingin kami kejar dari multiyear ini adalah pembangunan teaching factory atau teaching industry di kampus-kampus vokasi. Karena pada dasarnya pendidikan vokasi adalah industrial based learning,” ujar Dirjen Kiki.
Dengan skema pendanaan multi-tahun ini diharapkan industri juga dapat bekerja sama dengan satuan pendidikan vokasi untuk mendukung pembelajaran sekaligus memproduksi barang atau jasa.
Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Kemendikbudristek, Beny Bandanadjaja, saat peluncuran program mengatakan bahwa skema pendanaan multi year diperuntukkan untuk penelitian skema A, yakni Kemitraan untuk Hilirisasi Inovasi Hasil Riset atau Kepakaran.
Skema A ini sendiri melingkupi empat sub
A1
Rekacipta inovasi yang siap dikomersialisasi.
Kemitraan dan rencana bisnis yang secara formal disepakati oleh PTV dan mitra DUDI dalam bentuk perjanjian kerja sama (PKS) untuk komersialisasi.
A2
Rekacipta inovasi penyelesaian masalah DUDI yang telah diimplementasikan.
Dokumen berita acara serah terima hasil (BAST) rekacipta inovasi.
A3
Rekacipta inovasi berupa purwarupa (prototipe) produk atau bentuk lain yang minimal sudah teruji di lingkungan/aplikasi yang sebenarnya.
A4
Rekacipta inovasi berupa produk substitusi impor yang telah teruji layak industri dari badan resmi atau lembaga independen dan siap diajukan untuk standarisasi dengan TKDN yang lebih tinggi atau produk substitusi impor melalui proses reverse engineering.
Sebagai informasi, sejak 2021 Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggulirkan program Dana Padanan atau Matching Fund lewat platform Kedaireka. Platform ini menjadi ruang interaksi perguruan tinggi dan industri untuk berkolaborasi menghasilkan solusi berbasiskan riset. Industri didorong memanfaatkan Kedaireka untuk mencari berbagai inovasi di perguruan tinggi. Riset yang disepakati akan didanai oleh industri dan pemerintah.
Tiga tahun pelaksanaan program Matching Fund telah memberikan dampak peningkatan yang signifikan pada Global Innovation Index (GII) atau Indeks Inovasi Indonesia serta Score University-Industry Collaboration atau skor kolaborasi antara industri dan universitas di Indonesia.
Pada tahun 2021, GII yang menilai tingkat produktivitas dan inovasi, menempatkan Indonesia di peringkat 87. Akan tetapi, peringkat tersebut kemudian naik ke peringkat 75 pada tahun 2022 dan semakin naik ke peringkat 61 dari 132 negara di tahun 2023.
Tidak hanya GII, program Matching Fund yang telah berhasil menciptakan ekosistem kolaborasi antara antara perguruan tinggi dan industri dalam menghasilkan produk-produk inovasi juga berdampak pada peningkatan signifikan skor dari University-Industry Collaboration. Pada tahun 2020 skor University-Industry Collaboration Indonesia adalah 53,5. Sementara itu, pada tahun 2023 skor Indonesia mencapai 87,4 atau meningkat 38%. (Nan/Cecep)