Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha) dan Institut Teknologi PLN (ITPLN) resmi menjalin kerja sama strategis dalam rangka peningkatan mutu pendidikan tinggi dan penguatan pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Kesepakatan tersebut dituangkan dalam penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Rektor ITPLN, Prof. Iwa Garniwa, dan Rektor Unmuha, Dr. Aslam Nur, yang pada kesempatan itu diwakili oleh Dekan Fakultas Teknik Unmuha, Dr. Wahyuni, S.T., M.T.
Selain MoU, turut dilaksanakan pula penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (MoA) antara Fakultas Teknik Unmuha dan Fakultas Teknologi serta Infrastruktur Kewilayahan ITPLN. Kerja sama ini mencakup bidang penelitian, kuliah umum, pertukaran dosen, hingga implementasi program praktisi mengajar.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh jajaran manajemen ITPLN serta delegasi dari Unmuha, antara lain Widya Soviana (Kaprodi Manajemen Kebencanaan), dan Munawir (Wakil Dekan II Fakultas Teknik).
Dalam sambutannya, Prof. Iwa Garniwa menyampaikan komitmennya untuk turut berkontribusi langsung dalam kegiatan akademik di Unmuha.
“Saya siap mengajar mahasiswa Unmuha, khususnya di bidang energi, baik secara langsung maupun daring. Bagi saya, berbagi ilmu adalah bagian dari tanggung jawab akademik,” ujarnya.
Prof. Iwa menjelaskan bahwa kolaborasi antarkampus menjadi kebutuhan mendesak di tengah proses transformasi energi nasional. Pemerintah Indonesia saat ini tengah menyiapkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, yang memproyeksikan pembangunan 69,5 gigawatt pembangkit listrik baru, di mana 76 persen di antaranya berbasis energi baru terbarukan (EBT). Nilai investasi yang dibutuhkan mencapai Rp2.967 triliun.
Menurutnya, RUPTL bukan sekadar dokumen teknis, tetapi merupakan “blueprint transformasi energi bangsa.” Tantangan utamanya bukan lagi pada apa yang akan dijalankan, melainkan siapa yang akan menjalankannya.
“Kebutuhan talenta energi dalam satu dekade mendatang akan meningkat signifikan, mencakup bidang integrasi EBT, analisis data, kecerdasan buatan untuk smart grid, hingga manajemen proyek pembangkit listrik,” jelasnya.
Ia juga menilai bahwa sinergi antara keahlian Manajemen Kebencanaan milik Unmuha dan Geospasial milik ITPLN dapat menjadi kombinasi penting dalam mendukung transisi energi di Indonesia.
“Pengelolaan pembangkit listrik membutuhkan sumber daya manusia yang tidak hanya menguasai teknologi, tetapi juga memahami manajemen risiko dan bencana,” tambahnya.
Sementara itu, Dr. Wahyuni menyampaikan bahwa kerja sama ini akan ditindaklanjuti melalui berbagai program konkret, seperti penelitian kolaboratif, kuliah tamu, program Kuliah Kerja Nyata (KKN), serta rencana pembukaan program studi baru berbasis geospasial.
“Kami ingin memperluas jejaring akademik. Program Studi Manajemen Kebencanaan Unmuha merupakan yang kedua di Indonesia pada jenjang sarjana. Karena itu, kolaborasi dengan ITPLN yang memiliki keunggulan di bidang geospasial sangat penting untuk pengembangan kurikulum dan pertukaran dosen,” ujarnya. (Humas)

