* Pendampingan oleh Kopertis XIII Berhasil

HARI ini, Selasa, 27 Maret 2018 merupakan hari palingbersejarah bagi Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah XIII Aceh, juga bersejarah bagi Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha). Soalnya, program pendampingan guru besar yang digagas Kopertis Wilayah XIII sejak 2016 lalu, kini membuahkan hasil yang membanggakan.

Hasil pertamanya adalah hari ini seorang akademisi Unmuha dianugerahi gelar guru besar, yakni Prof. Asnawi Abdullah, S.K.M., M.H.S.M., M.Sc.HPPF, DLSHTM, Ph.D. Jadi, bukan saja Kopertis yang bangga dan bahagia atas pencapaian ini, tetapi juga Unmuha. “Atas nama Kopertis Wilayah XIII, kami ucapkan selamat kepada Profesor Asnawi Abdullah atas predikat Guru Besar yang beliau dapatkan,” kata Koordinator Kopertis Wilayah XIII Aceh, Prof Dr Jamaluddin MEd di Banda Aceh, Senin (26/3/2018).

Jamaluddin secara khusus menyampaikan ucapan selamat kepada Profesor Aswani Abdullah karena hari ini Asnawi dikukuhkan sebagai Guru Besar Unmuha dengan judul orasi Ancaman Penyakit Tidak Menular Terhadap Sosial EKonomi. Setelah Asnawi menyampaikan orasi ilmiah atau pidato pengukuhannya sebagai guru besar, dilanjutkan dengan orasi Studium General oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan TinggiKemenristek Dikti, Prof dr Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D.

Semua rangkaian acara itu dilaksanakan pagi ini, pukul 08.00 WIB hingga selesai di Gedung Unmuha Convention Center (UCC) Ahmad Dahlan, Jalan Kampus Muhammadiyah Nomor 91, Lueng Bata, Banda Aceh. Menurut Prof Jamaluddin, perguruan tinggi membutuhkan guru besar sebagai agen pengembangan mutu.

Untuk itu, Kopertis melakukan program pendampingan guru besar dengan tujuan agar jumlah dosen yang menyandang predikat “guru besar” terus bertambah. “Alhamdulillah, dengan adanya program pendampingan guru besar ini, akan lahir guru besarguru besar lainnya. Jumlah guru besar di perguruan tinggi swasta Aceh sekarang sudah ada empat orang,” sebut Jamaluddin.

Bermula dari Jerman

Prof Jamaluddin menceritakan dari mana datangnya ide program pendampingan guru besar itu. Menurut Jamal, idenya bermula dari pengalaman pribadinya ketika mengikuti Research Fellow di Georg-August-Universitat Gottingen Germany akhir tahun 2010. “Kala itu supervisor saya, Prof. Dr. Irene Schneider (Profesor pada August-Universitat Gottingen Germany) sedang membimbing dua peserta dari dua university lain di Jerman.

Pada saat itu mereka juga sedangdidampingi/dibimbing oleh Prof. Schneider. Lalu saya bertanya ‘Mereka ini siapa?’ Beliau menjawab, ‘Mereka ini adalah calon-calon guru besar (profesor) yang saya bimbing dan berasal dari university lain.’ Beliau sudah banyak melakukan pendampingan calon guru besar di beberapa university di Jerman, termasuk saya pada saat itu yang beliau dampingi dalam program Research Fellow,” kata Jamaluddin.

 

Nah, dari sinilah asalmuasalProgram Pendampingan Guru Besar ini dilakukan Kopertis XIII. “Ini merupakan mimpi saya sejak delapan tahun lalu. Saya punya azzam besar agar profesor-profesor muda di perguruan tinggi swasta ke depannya bisa menembus pasar profesor dunia atau World Class Professor,” ujar Jamaluddin.

Menurutnya, para pendamping dalam program ini adalah Prof. Dr. Rizalman bin Mamat dan Assoc. Prof. Dr. Shahrir bin Mohd Sani dari Universiti Malaysia Pahang, Assoc. Prof. Dr. Ilham Sentosa, Ph.D. dari University of Kuala Lumpur; Assoc. Prof. Ali Fulazzaky, Ph.D. dari University Technology Mara, Prof. Dr.Mustanir, M.Sc. dan Sabhri A Majid dari Universitas Syiah Kuala; Prof. Dr. Jamaluddin, M.Ed., dan Prof. Eka Srimulyani, M.A., Ph.D. dari UIN Ar-Raniry.

Program pendampingan ini, menurut Jamaluddin, adalah salah satu program unggulan Kopertis Wilayah XIII yang dilaksanakan setiap tahun, yaitu sejak tahun 2016. Setiap tahun)- nya Kopertis XIII mendam)pingi 5-7 dosen dengan harapan setiap tahun akan ada pengukuhanpengkukuhan guru besar di Kopertis Wilayah XIII. “Semoga program ini kita upayakan dapat terus berlanjut, sehingga setiap tahun akan selalu bertambah guru besar pada PTS di Aceh,”kata Jamauddin.

Prestasi

Selain program pendampingan guru besar, berbagai program dan prestasi sudah diukir Kopertis Aceh sejak 2014. Salah satunya pada awal Kopertis XIII beroperasi tahun 2014, terdapat 40 titik kelas jauh di Aceh. Namun, setelah pengawasan dan penertiban dilakukanoleh Kopertis XIII, praktis pada tahun 2016 semua kelas jauh itu tidak ada lagi.

Penerima hibah penelitian di kalangan PTS di Aceh pun makin meningkat. Bila pada tahun 2014 jumlahnya 87, tahun 2007 meningkat jadi 149 dan bertambah lagi menjadi 221 hihab pada tahun 2018. Serapan penerimaan Bidikmisi juga terus bertambah, demikian pula jumlah peserta Olimpiade Nasional Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam di lingkunan PTS di Aceh. Akademisi yang memiliki sertifikasi dosen juga meningkat pesat.

Demikian penghasilan mereka. Ini semua karena sejak dibentuk di Aceh tahun 2014, Kopertis bersungguh-sungguhmenjalankan seluruh mandatnya di bawah kepemimpinan tangan dingin Prof Dr Jamaluddin MEd. (adv | serambi indonesia)