BANDA ACEH – Provinsi Aceh yang memiliki sejumlah kelebihan ternyata menjadi pembicaraan miring atau jelek bagi provinsi lain di Indonesia. Apa penyebabnya?

Pakar Hukum Pidana Universitas Indonesia (UI), Gandjar Laksmana Bonaprapta mengatakan, pascareformasi peningkatan kesejahteraan masyarakat di Aceh tidak berbanding lurus dengan eksplotasi hasil alam Aceh.

“Puluhan kali saya ke Aceh, saya tidak melihat perubahan kesejahteraan yang cukup signifikan dibandingkann dengan kekayaan yang dimiliki Aceh,” kata Gandjar.

Hal itu ia sampaikan saat menjadi pemateri pada acara seminar Hari Antikorupsi Internasional (HAKI) di Gedung UCC Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha), Sabtu (9/12/2017).

Dia menjelaskan, di provinsi lain Aceh menjadi omongan. “Jangan sampai kita jadi Aceh. Sumber daya alam habis, rakyatnya tidak sejahtera,” kata Gandjar menirukan ucapan yang sering disampaikan pejabat provonsi lain.

“Kita yang sering dibicarakan sering tidak sadar. Kita dikasih yang kecil-kecil sedikit saja sudah senang, padahal kita bisa mendapat lebih banyak. Ini bukan provokasi,” kata Gandjar lagi.

Menurut Gandjar, Aceh harus belajar dari daerah lain terutama dalam pemberian izin bagi perusahaan pertambangan.

“Izin usaha banyak tapi belum memberi hasil maksimal kepada rakyat Aceh,” tambahnya.

Karena itu, Gandjar mengatakan mahasiswa harus memiliki kepedulian dalam memberantas korupsi yang sudah kronis di Indonesia.

“Kita sebenarnya lebih sejahtera dari apa yang kita terima sekarang, sumber daya alam yang ada di sekitar sangat memungkinkan untuk itu,” pungkasnya.(serambinews)