BANDA ACEH – Prof Asnawi Abdullah SKM, MHSM, MSc.HPPF, DLSHTM, Ph.D, Selasa (27/3) dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha). Prosesi pengukuhan berlangsung di Gedung Unmuha Convention Center (UCC) Ahmad Dahlan, Banda Aceh dihadiri sejumlah civitas akademika perguruan tinggi tersebut.

Sebagaimana informasi yang dihimpun Serambi, Asnawi merupakan dosen Kopertis yang didampingi secara khusus sejak 2016 oleh Kopertis Wilayah XIII Aceh untuk dapat menjadi guru besar. Pria asal Kota Lhokseumawe kelahiran 3 Juli 1971 ini merupakan dosen pertama yang meraih gelar profesor dari lima doktor yang didampingi Kopertis sejak dua tahun lalu. Asnawi tercatat sebagai guru besar ke-887 di Indonesia terhitung masa tugas sebagai guru besar 1 Januari 2018.

Dalam pengukuhan itu juga berlangsung studium generale (kuliah umum) oleh Direktur Jenderal SDID Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) RI, Prof Dr Ali Ghufron Mukti Msc, P.Hd.

Rektor Unmuha, Dr H Muharrir Asy’ari Lc, M.Ag dalam sambutannya mengatakan gelar guru besar ini menjadi yang pertama bagi Unmuha sejak berdiri pada 1991. Ia meminta pengukuhan guru besar pertama itu dapat memotivasi dosen lainnya yang saat ini sudah meraih gelar akademik doktor (S3). Ia berharap dosen lainnya dapat berkompetisi supaya meraih guru besar di masa yang akan datang.

Rektor Unmuha mengingatkan supaya dengan gelar yang diperoleh harus tetap menjadikan Prof Asnawi sebagai sosok yang rendah hati. Dengan kecerdasan intelektual mampu menghadapi tantangan namun jangan sampai melupakan kecerdasan sosial, emosional, dan spiritual.

Prof Asnawi di hadapan tamu yang hadir memaparkan orasi ilmiahnya berjudul ‘Ancaman Penyakit tidak Menular (PTM) terhadap Sosial Ekonomi’.

Ia mengatakan, saat sangat banyak masyarakat yang berisiko terkena penyakit tidak menular tanpa memandang status sosial. Beberapa penyakit tidak menular yang harus diantisipasi yaitu hipertensi, diabetes, jantung koroner/gagal jantung (cardiovascular disease), stroke, dan kanker.

“Sekarang ini sudah mencapai angka yang sangat mengkhawatirkan dan mencemaskan kita semua. Karena penyakit PTM itu umumnya bersifat kronis, memerlukan waktu penanganan dan pengobatan yang lama, konsekuensi biaya tinggi, dan memilki implikasi serius terhadap produktivitas, sosial dan ekonomi kita semua,” ujarnya.

Ditambahkan Prof Asnawi, penyakit tidak menular itu menjadi penyebab kematian terbesar di dunia maupun Indonesia. Bahkan WHO menyebutkan jika penyakit itu menjadi pembunuh terbesar abad ini. Dikatakan, di Indoneisia pada tahun 1995, penyakit tidak menular menyumbang 41,7 persen angka kematian, namun pada 2017 meningkat menjadi 71 persen penyebab angka kematian. Penyebabnya karena perilaku makan yang tidak sehat, pola hidup, kurang aktivitas fisik dan kebiasaan merokok.

“Sebagian besar kematian disebabkan oleh empat jenis penyakit yaitu kardiovaskular (penyakit berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah), diabetes, kanker, dan paru obstruksi kronis,” demikian Prof Asnawi. (si)